Alhamdulillah masih diberikan kesempatan dalam menulis tentang artikel ini, artikel kali ini mengupas bagaimana mindset dalam menyikapi sebuah finansial.
Banyak orang yang terjebak dengan kondisi sekarang ini mengenai keuangan mereka, mereka berfikir apa yang mereka miliki saat ini adalah kekayaan yang sebenarnya mereka bangun.
Yang saya bahas kali ini bukan uang yang kita dapatkan saat ini, bukan juga harta yang kita dapatkan, Kali ini kita akan belajar sedikit mengenai sudut pandang antara orang miskin, orang menengah dan orang kaya bagaimana mereka membelanjakan harta mereka dan bagaimana mereka mengelola uang mereka.
Masuk ke point pertama mindset miskin,
Orang miskin biasanya sangat gemar dalam membelanjakan hartanya, pendapatan mereka tiap bulan kurang begitu mencukupi akan kebutuhannya,
Biasanya mereka mendapatkan gaji, kemudian membelanjakannya dengan tidak memikirkan sampai akhir bulan, dan ujung-ujungnya mereka hutang.
Pada mindset ini jika mereka berhutang mereka berani mengucurkan pendapatan mereka 60% lebih banyak dari harga barang tersebut, biasanya mereka membeli kendaraan kredit dengan harga sampai 2x lipat dari harga yang sesungguhnya, begitu juga saat mereka membeli rumah, padahal nilai nominal barang tersebut makin lama makin turun(kecuali rumah ya..). Ironis memang tapi semua orang mengamini har tersebut.
Ini biasanya juga menjangkit di ibu rumah tangga, masih ingatkah kita ketika istri atau orangtua kita membeli sebuah pakaian / perabotan masak dengan cara kredit,padahal saat dia membeli cash mereka bisa, tapi mereka lebih memilih kredit beberapa bulan, dan harganya bisa berlipat-lipat dari harga yang sebenarnya.
Contoh : harga barang Rp. 100.000, mereka mau membeli barang tersebut dengan harga Rp. 200.000 peningkatan sekitar 100%, bayangkan kalau nilai barang itu 1 Milyar, padahal presentasinya sama, biasanya orang bermental miskin mengatakan “wah kalau 1 Milyar, diminta bayar 2 milyar ya saya gak mau??” orang bermental miskin menyanggahnya seperti itu, padahal mereka seumur hidup sudah melakukan hal seperti itu.
Mereka selalu beralasan, “Kalau saya ingin bisa beli ini itu saya harus berhutang dulu, karena kalau kita berhutang kita bertanggungjawab untuk mengembalikannya, kalau saya tidak hutang sudah tidak mungkin saya bisa membeli barang tersebut.” Dan beberapa komentar yang hampir sama dengan itu.
Kata-kata mustajab yang mereka sukai adalah “Diskon 50%”, “Uang muka kecil, angsuran ringan”, “dapat di angsur sampai 15 tahun” padahal kalau dilkalkulasi hasilnya bisa berlipat-lipat dari harga yang sebenarnya.
Mungkin ini sedikit gambaran dari beberapa orang-orang yang bermental miskin dan pada akhirnya mereka miskin beneran, walaupun sebelumnya sudah miskin, seumur hidup mereka berhutang, kita biasa bertemu dengan orang ini atau bahkan kita sendiri.
INGAT ini bukan masalah miskin atau kaya harta, tapi lebih ke mental mereka.
Kita kembali yang point ke dua, mental menengah.
Mentah mengengah ini biasanya pekerjaannya dokter, artis, orang kantoran kelas manager atau sejenisnya, kita simak beberapa hal berikut ini.
Banyak di lingkungan kita bekerja sungguh-sungguh mengumpulkan banyak uang dan dihamburkan begitu saja tanpa bisa mengembalikan uang tersebut,
Contoh : orang kantoran dengan gaji Rp. 2.000.000 dia membeli pakaian yang harganya Rp. 500.000 setiap bulannya, ya dia tampak kaya tapi kekayaannya itu tidak dia manfaatkan sebagaiamana mestinya.
Contoh : orang bekerja dengan gaji 1.500.000, tetapi dia berlibur kesuatu tempat yang harganya Rp. 750.000, ini belum dikurangi sama makan dsb lho..
Atau sejenisnya, usahanya baru berjalan 1 tahun, tapi langsung beli motor baru seharga puluhan juta., usaha belum jalan motor udah baru, weladalah..
Ya... mereka kaya dari sudut pandang mereka karena bisa membeli barang ini itu, dan bisa berlibur kemanapun dia suka, tapi apakan dia akan menajdi kaya selamanya, jawabannya belum tentu. Karena banyak orang yang mental menengah ini ujung-ujungnya miskin, karena apa?? Karena mereka sangat konsumtif, ketika meraka mendapatkan banyak uang, mereka sibuk mencari dibelanjakan untuk apa uang ini secepat mungkin. Dan selogannya hampir sama dengan yang diatas “mumpung saya masih muda dan punya uang ya saya belikan ini itu, berlibur kesana kemari, dan makan enak sepuasnya.” " ini kan uang saya, suka-suka saya mau saya belanjakan untuk apa"
Banyak teman-teman saya dulu yang menurut saya gajinya cukup seumuran saya dulu, bahkan lebih, tapi tiap bulan selalu habis uangnya.
Kemana uangnya??? Jelas dibelanjakan untuk hal-hal yang tidak bisa menghasilkan uang lagi, berlibur, belanja dan makan mewah sejenisnya.
Kedua mental diatas baik itu miskin dan menengah mereka lebih puas dengan apa yang dulakukan sekarang, mereka lebih puas apa yang dia dapatkan sekarang, tanpa memikirkan jangka panjang, baik itu 10 sampai 30 tahun mendatang.
Yang terakhir adalah mental kaya,
Mental kaya ini pada dasarnya mereka tidak kaya secara finansial saat ini, tapi mereka adalah calon orang kaya kelak di masa depan.
Orang-orang seperti ini bila mereka membelanjakan hartanya mereka selalu berfikir berulang ulang.
Apakah benda yang saya beli bermanfaat untuk saya?
Apakah benda yang saya beli bermanfaat untuk orang lain?
Apakah benda yang saya beli bisa menghasilkan uang lagi atau sejenisnya?
Apakah benda yang saya beli bisa membayar dirinya sendiri tanpa saya mengeluarkan uang?
Ya mereka berfikir tentang investasi, ketika mereka membeli barang mereka berfikir seperti itu, ketika mereka liburan mereka juga berfikir seperti itu, biasanya mereka hidup dengan kesederhanaan saat ini dan saat menjadi kaya raya mereka juga berfikir sederhana yang ternyata itu LUAR BIASA.
Biasanya cara berfikir mereka di anggap aneh pada saat itu, tapi pada saat yang di izinkan oleh Allah orang-orang pada mendekatinya, dan ingin tau apa yang sebenarnya mereka lakukan sampai seperti itu.
Cara berfikir mereka sangatlah sulit ditebak, tapi hasilnya bisa di tepak dia sukses menurut versi mereka. Mereka berikir jangka panjang, bukan jangka yang saat ini. Tapi berfikir untuk 10 sampai seumur hidup mereka bahkan sampai mereka meninggal.
Ya berfikir investasi, walaupun dia tidak memiliki uang, dia bisa memainkan manajemen financialnya untuk suatu hal yang luar biasa.
Maka dari itu dengan minset seperti 3 hal yang diatas, orang kaya semakin kaya dan orang miskin semakin miskin.
Hebat itu bukan memiliki, tapi merangkai kehebatan yang ada didunia ini dan mengoptimalkannya dengan izin Allah.
Renungkan sejenak..
Sekarang Anda termasuk yang mana?
Mental miskin, mental menengah atau mental kaya??
Dan kedepannya ada termasuk di mental mana??
Hidup adalah pilihan tinggal bagaimana kita menyikapi kehidupan ini agar lebih baik lagi...
Semoga kita semua bisa mejadi orang kaya semuanya, Amien
Salam Semangat dan bermanfaat..
Masuk ke point pertama mindset miskin,
Orang miskin biasanya sangat gemar dalam membelanjakan hartanya, pendapatan mereka tiap bulan kurang begitu mencukupi akan kebutuhannya,
Biasanya mereka mendapatkan gaji, kemudian membelanjakannya dengan tidak memikirkan sampai akhir bulan, dan ujung-ujungnya mereka hutang.
Pada mindset ini jika mereka berhutang mereka berani mengucurkan pendapatan mereka 60% lebih banyak dari harga barang tersebut, biasanya mereka membeli kendaraan kredit dengan harga sampai 2x lipat dari harga yang sesungguhnya, begitu juga saat mereka membeli rumah, padahal nilai nominal barang tersebut makin lama makin turun(kecuali rumah ya..). Ironis memang tapi semua orang mengamini har tersebut.
Ini biasanya juga menjangkit di ibu rumah tangga, masih ingatkah kita ketika istri atau orangtua kita membeli sebuah pakaian / perabotan masak dengan cara kredit,padahal saat dia membeli cash mereka bisa, tapi mereka lebih memilih kredit beberapa bulan, dan harganya bisa berlipat-lipat dari harga yang sebenarnya.
Contoh : harga barang Rp. 100.000, mereka mau membeli barang tersebut dengan harga Rp. 200.000 peningkatan sekitar 100%, bayangkan kalau nilai barang itu 1 Milyar, padahal presentasinya sama, biasanya orang bermental miskin mengatakan “wah kalau 1 Milyar, diminta bayar 2 milyar ya saya gak mau??” orang bermental miskin menyanggahnya seperti itu, padahal mereka seumur hidup sudah melakukan hal seperti itu.
Mereka selalu beralasan, “Kalau saya ingin bisa beli ini itu saya harus berhutang dulu, karena kalau kita berhutang kita bertanggungjawab untuk mengembalikannya, kalau saya tidak hutang sudah tidak mungkin saya bisa membeli barang tersebut.” Dan beberapa komentar yang hampir sama dengan itu.
Kata-kata mustajab yang mereka sukai adalah “Diskon 50%”, “Uang muka kecil, angsuran ringan”, “dapat di angsur sampai 15 tahun” padahal kalau dilkalkulasi hasilnya bisa berlipat-lipat dari harga yang sebenarnya.
Mungkin ini sedikit gambaran dari beberapa orang-orang yang bermental miskin dan pada akhirnya mereka miskin beneran, walaupun sebelumnya sudah miskin, seumur hidup mereka berhutang, kita biasa bertemu dengan orang ini atau bahkan kita sendiri.
INGAT ini bukan masalah miskin atau kaya harta, tapi lebih ke mental mereka.
Kita kembali yang point ke dua, mental menengah.
Mentah mengengah ini biasanya pekerjaannya dokter, artis, orang kantoran kelas manager atau sejenisnya, kita simak beberapa hal berikut ini.
Banyak di lingkungan kita bekerja sungguh-sungguh mengumpulkan banyak uang dan dihamburkan begitu saja tanpa bisa mengembalikan uang tersebut,
Contoh : orang kantoran dengan gaji Rp. 2.000.000 dia membeli pakaian yang harganya Rp. 500.000 setiap bulannya, ya dia tampak kaya tapi kekayaannya itu tidak dia manfaatkan sebagaiamana mestinya.
Contoh : orang bekerja dengan gaji 1.500.000, tetapi dia berlibur kesuatu tempat yang harganya Rp. 750.000, ini belum dikurangi sama makan dsb lho..
Atau sejenisnya, usahanya baru berjalan 1 tahun, tapi langsung beli motor baru seharga puluhan juta., usaha belum jalan motor udah baru, weladalah..
Ya... mereka kaya dari sudut pandang mereka karena bisa membeli barang ini itu, dan bisa berlibur kemanapun dia suka, tapi apakan dia akan menajdi kaya selamanya, jawabannya belum tentu. Karena banyak orang yang mental menengah ini ujung-ujungnya miskin, karena apa?? Karena mereka sangat konsumtif, ketika meraka mendapatkan banyak uang, mereka sibuk mencari dibelanjakan untuk apa uang ini secepat mungkin. Dan selogannya hampir sama dengan yang diatas “mumpung saya masih muda dan punya uang ya saya belikan ini itu, berlibur kesana kemari, dan makan enak sepuasnya.” " ini kan uang saya, suka-suka saya mau saya belanjakan untuk apa"
Banyak teman-teman saya dulu yang menurut saya gajinya cukup seumuran saya dulu, bahkan lebih, tapi tiap bulan selalu habis uangnya.
Kemana uangnya??? Jelas dibelanjakan untuk hal-hal yang tidak bisa menghasilkan uang lagi, berlibur, belanja dan makan mewah sejenisnya.
Kedua mental diatas baik itu miskin dan menengah mereka lebih puas dengan apa yang dulakukan sekarang, mereka lebih puas apa yang dia dapatkan sekarang, tanpa memikirkan jangka panjang, baik itu 10 sampai 30 tahun mendatang.
Yang terakhir adalah mental kaya,
Mental kaya ini pada dasarnya mereka tidak kaya secara finansial saat ini, tapi mereka adalah calon orang kaya kelak di masa depan.
Orang-orang seperti ini bila mereka membelanjakan hartanya mereka selalu berfikir berulang ulang.
Apakah benda yang saya beli bermanfaat untuk saya?
Apakah benda yang saya beli bermanfaat untuk orang lain?
Apakah benda yang saya beli bisa menghasilkan uang lagi atau sejenisnya?
Apakah benda yang saya beli bisa membayar dirinya sendiri tanpa saya mengeluarkan uang?
Ya mereka berfikir tentang investasi, ketika mereka membeli barang mereka berfikir seperti itu, ketika mereka liburan mereka juga berfikir seperti itu, biasanya mereka hidup dengan kesederhanaan saat ini dan saat menjadi kaya raya mereka juga berfikir sederhana yang ternyata itu LUAR BIASA.
Biasanya cara berfikir mereka di anggap aneh pada saat itu, tapi pada saat yang di izinkan oleh Allah orang-orang pada mendekatinya, dan ingin tau apa yang sebenarnya mereka lakukan sampai seperti itu.
Cara berfikir mereka sangatlah sulit ditebak, tapi hasilnya bisa di tepak dia sukses menurut versi mereka. Mereka berikir jangka panjang, bukan jangka yang saat ini. Tapi berfikir untuk 10 sampai seumur hidup mereka bahkan sampai mereka meninggal.
Ya berfikir investasi, walaupun dia tidak memiliki uang, dia bisa memainkan manajemen financialnya untuk suatu hal yang luar biasa.
Maka dari itu dengan minset seperti 3 hal yang diatas, orang kaya semakin kaya dan orang miskin semakin miskin.
Hebat itu bukan memiliki, tapi merangkai kehebatan yang ada didunia ini dan mengoptimalkannya dengan izin Allah.
Renungkan sejenak..
Sekarang Anda termasuk yang mana?
Mental miskin, mental menengah atau mental kaya??
Dan kedepannya ada termasuk di mental mana??
Hidup adalah pilihan tinggal bagaimana kita menyikapi kehidupan ini agar lebih baik lagi...
Semoga kita semua bisa mejadi orang kaya semuanya, Amien
Salam Semangat dan bermanfaat..
Sumber :
Franky Erfansyah
#orang yang paling mulia disisi Allah itu adalah orang yang dapat bermanfaat untuk orang banyak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar